Kang Kebon (22/4/25)
“Dapat Nama dan Nomor Whatsapp”
1. Debu tipis dari layar laptop Takim menari-nari diterpa helaan napasnya
yang berat. Berjam-jam sudah ia menatap deretan data calon pegawai baru,
mencoba mencocokkan wajah-wajah asing dengan nama-nama yang tertera. Namun,
sosok wanita itu bagai fatamorgana di padang pasir informasi. Wajahnya yang
sederhana namun memancarkan kehangatan, senyum tipis yang membekas di benaknya
sejak sesi sosialisasi, seolah sengaja bersembunyi di balik anonimitas data.
2.Setiap foto yang ia buka, harapan Takim bersemi sesaat, lalu layu
kembali saat detail wajah tak sesuai dengan memorinya. Ada yang terlalu tegas,
ada yang terlalu ceria, namun tak satupun yang memiliki aura teduh seperti
wanita berhijab putih dengan mata yang menyimpan ketenangan itu. Frustrasi
mulai menggerogoti kesabarannya. Siapa gerangan wanita ini? Mengapa pesonanya
begitu kuat hingga membuatnya penasaran seperti ini?
3. Takim menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya di kursi. Ia
butuh strategi lain. Mencari jarum di tumpukan jerami data pegawai jelas bukan
cara yang efektif. Otaknya berputar, mencari celah informasi yang mungkin
terlewatkan. Tiba-tiba, ide cemerlang melintas. Grup WhatsApp!
4. Sejak awal sosialisasi, panitia memang membuat grup khusus untuk para
calon pegawai baru. Wadah itu digunakan untuk berbagi informasi penting seputar
tahapan selanjutnya. Takim tersenyum tipis. Inilah pancingnya.
5.Dengan jemari lincah, ia mengetik sebuah pengumuman singkat namun
strategis.
6. "Perhatian kepada seluruh calon pegawai baru.
Dimohon bagi siapapun yang merasa ada keraguan atau ketidaksesuaian pada data
akun pegawai yang telah diinput, agar segera menghubungi admin (japri).
Sertakan pula foto diri terbaru untuk keperluan verifikasi kepemilikan akun.
Terkhusus untuk foto yang kami lingkari (contoh terlampir), terindikasi adanya
potensi ketidaksesuaian data diri. Mohon segera merespon untuk kelancaran
proses selanjutnya. Terima kasih."
7. Takim sengaja menyertakan frasa "foto yang dilingkari"
meskipun sebenarnya tidak ada foto spesifik yang ia maksud. Ini hanyalah trik
psikologis untuk memicu rasa penasaran dan kewaspadaan para peserta. Jantungnya
berdebar sedikit lebih cepat saat ia menekan tombol kirim. Ia tahu, ini adalah
perjudian kecil.
8. Beberapa menit berlalu terasa seperti berjam-jam. Notifikasi WhatsApp
mulai berdatangan, satu persatu. Para calon pegawai baru merespon, mengirimkan
foto diri dan informasi akun mereka. Takim dengan sabar memeriksa setiap pesan
yang masuk, meskipun matanya lebih awas mencari satu nama dan satu foto
tertentu.
9. Dan kemudian, munculah notifikasi dari nomor yang belum ia kenal.
Sebuah pesan singkat, "Assalamualaikum, saya merasa ada sedikit keraguan
dengan data akun saya. Ini foto diri saya beserta nomor peserta: 24330028240186001".
Bersama pesan itu, terlampir sebuah foto.
10. Napas Takim tertahan. Itu dia!
Wajah sederhana itu, senyum teduh yang sama persis dengan yang terukir di
benaknya. Di bawah foto, tertulis sebuah nama WhatsApp. Sebuah nama yang belum
pernah ia lihat di deretan data pegawai.
11. Takim merasakan kelegaan yang
luar biasa. Idenya berhasil! Si wanita misterius itu akhirnya menampakkan diri.
Sebuah senyum cerah tak bisa ia tahan. Kecerdikannya membuahkan hasil yang
lebih dari sekadar informasi. Ia kini memiliki nama, dan yang lebih penting,
nomor WhatsApp wanita itu.
12. Tanpa membuang waktu, Takim
mencari nama WhatsApp tersebut di daftar kontaknya. Setelah menemukannya,
jarinya bergerak lincah mengetik sebuah pesan perkenalan singkat. Jantungnya
berdebar-debar lagi, namun kali ini bukan karena tegang, melainkan karena rasa
antusias yang menggelora.
13. "Assalamualaikum.
Perkenalkan, saya Takim, salah satu panitia sosialisasi kemarin. Saya menerima
pesan Anda terkait verifikasi data. Terima kasih atas responsnya. Kalau
berkenan, mungkin kita bisa saling bertukar informasi lebih lanjut?"
14. Layar laptop Takim kini menampilkan jendela obrolan kosong. Ia menatapnya dengan senyum penuh harap. Petualangannya untuk mengenal lebih dekat wanita pemilik senyum teduh itu baru saja dimulai, hanya berbekal sebuah nama dan sebuah nomor WhatsApp. Ia tak sabar menanti balasan dari senandung di balik layar sosialisasi itu.
"Siapakah nama wanit misterius berparas santri ajaib?"
Baca juga
- Episode #1 (santri atau calon pegawai baru)