Kang Kebon (25/4/25)Kilau di Ruang Ujian
Ikmal dan Takim, dua sahabat karib yang bekerja di instansi yang sama, meski berbeda divisi, memiliki irisan tugas yang menarik. Keduanya sama-sama berkecimpung di ranah teknis dan pengelolaan data pegawai, menjadikan mereka andalan dalam urusan sistem dan informasi.
Tugas khusus
Pada suatu pagi di bulan Desember 2024, tepatnya tanggal 17, sebuah tugas khusus menanti mereka: menjadi bagian dari panitia tes seleksi kompetensi teknis bagi para calon pegawai baru.
Suasana di Gedung Serbaguna itu terasa tegang bercampur harap. Ratusan calon pegawai duduk dengan tatapan fokus pada layar komputer di hadapan mereka. Ikmal dan Takim bergerak sigap, memastikan semua berjalan lancar dan tertib. Mereka membagi tugas, dan pada sesi kedua, Ikmal mendapat giliran untuk memantau Ruang 2.
Benih asmara
Saat pintu ruangan terbuka dan Ikmal melangkah masuk, matanya menyapu deretan peserta yang sedang berkonsentrasi. Namun, pandangannya tiba-tiba terpaku pada sosok di salah dibaris kedua ruangan. Seorang gadis mungil, imut, dengan kecantikan yang memikat. Meskipun ekspresinya tampak jutek dan sedikit garang, ada aura yang tak bisa dibohongi oleh Ikmal. Sebuah benih asmara seolah bersemi dalam pandangan pertama itu.
Dalam hati Ikmal bergumam, "Lelaki normal manapun, takkan bisa menolak untuk tidak menatap kedua kali, saat lolos dari pandangan pertama." Sebuah keyakinan yang kuat mencengkeram benaknya. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa pada gadis itu, sesuatu yang membuatnya ingin mengenalnya lebih jauh.
Sarana pendekatan
Ikmal, yang dianugerahi bakat untuk mencari celah dalam berbagai situasi, segera memutar otak. PC desktop yang digunakan para peserta tes bisa menjadi sarana pendekatan yang halus. Dengan langkah santai, ia mendekati gadis itu, berpura-pura menanyakan apakah ada kendala dengan komputernya. "Ada masalah dengan PC-nya, Mbak?" tanyanya dengan nada ramah namun profesional.
Gadis itu mendongak, menatap Ikmal dengan tatapan menyelidik. "Tidak, Mas. Aman." Jawabnya singkat, kembali fokus pada soal di layar.
Ikmal tak menyerah. Ia berdiri di dekatnya beberapa saat, lalu memberikan pengumuman umum. "Perhatian semuanya, pastikan fokus mengerjakan soal. Jangan lupa untuk selalu memperhatikan timer waktu di pojok kanan atas layar PC kalian." Matanya sesekali melirik gadis itu, mencoba mencari kontak mata, namun sang gadis tetap khusyuk dengan soal-soalnya.
Ketidaknyamanan
terlihat jelas di wajah gadis itu saat Ikmal beberapa kali mendekatinya dengan alasan yang sama. Ia tampak gelisah dengan kehadiran pria asing yang berdiri tak jauh darinya, meski hanya berjarak satu meter. Menyadari hal itu, Ikmal berusaha menjaga jarak, bergerak memantau peserta lain di sudut ruangan yang berbeda.
Namun, rasa penasaran Ikmal semakin membuncah. Ia harus tahu siapa nama gadis itu. Dengan alasan memeriksa kartu peserta, ia kembali mendekat saat gadis itu selesai mengerjakan satu sesi. "Bisa saya lihat kartu pesertanya, Mbak?" tanyanya sopan.
Gadis itu menyerahkan kartunya tanpa banyak bicara. Sekilas, Ikmal membaca nama yang tertera di sana: Viana. Sebuah nama yang terasa pas di bibirnya. Cukup berbekal nama itu, ia yakin akan menemukan cara untuk mendapatkan nomor WhatsApp-nya.
Aura asmara Ikmal
semakin tak terbendung, bercampur dengan rasa penasaran yang menggelitik. Ia tahu ia harus bertindak hati-hati agar tidak terkesan memaksa atau mengganggu konsentrasi Viana. Sebuah ide terlintas di benaknya. Sebagai salah satu admin grup WhatsApp panitia tes, ia memiliki akses untuk mengirim pengumuman ke grup peserta.
Beberapa jam,
Setelah acara tes pergantian sesi, Ikmal menceritakan ketertarikannya pada Viana kepada Takim. Ia meminta saran bagaimana cara mendapatkan nomor WhatsApp gadis itu tanpa terkesan sengaja meminta. Takim, yang selalu mendukung sahabatnya dalam urusan percintaan, meskipun hatinya sendiri sedang menyimpan rasa pada orang lain, tersenyum licik. Ia memberikan sebuah ide cerdas yang menurutnya cukup ampuh.
Beberapa menit kemudian
Ikmal menjalankan rencana dari Takim. Ia mengirimkan pengumuman ke grup WhatsApp peserta tes. Isi pengumuman itu dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah ada informasi penting yang perlu dikonfirmasi oleh beberapa peserta, dengan ciri-ciri yang samar namun mengarah pada Viana.
Mengalahkan sikat juteknya
Viana, yang menerima pengumuman tersebut, merasa bingung. Isi pesannya terasa aneh dan seolah-olah tertuju padanya, meskipun tidak disebutkan namanya secara langsung. Setelah berpikir sejenak, rasa ingin tahu Viana mengalahkan sikap juteknya. Mau tidak mau, ia memutuskan untuk merespons pengumuman tersebut melalui pesan pribadi (japri) ke nomor admin grup, yang tak lain adalah Ikmal.
Rencana berhasil
Jantung Ikmal berdebar kencang saat notifikasi pesan pribadi dari nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya. Dengan jari gemetar, ia membuka pesan tersebut. Sebuah sapaan singkat dan pertanyaan kebingungan dari Viana menyambutnya. Senyum lebar tak bisa ia tahan. Rencananya berhasil. Ia telah mendapatkan nomor WhatsApp Viana.
Langkah pertama dalam misinya menaklukkan hati gadis bermata garang itu telah terlewati. Kini, ia hanya perlu memikirkan langkah selanjutnya untuk mencairkan kebekuan sikap Viana dan menumbuhkan benih-benih asmara yang telah bersemi di hatinya sejak pandangan pertama di ruang ujian itu